News

Bunda, Ini Caranya Agar Bayi Tidur Lebih Teratur

Bunda, Ini Caranya Agar Bayi Tidur Lebih Teratur

Bunda, Ini Caranya Agar Bayi Tidur Lebih Teratur

Bayi baru lahir memang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur. Tetapi setelah beberapa minggu, ia mulai belajar mengenali siang dan malam serta kapan waktunya tidur.Yuk Bunda, ketahui cara membuat bayi tidur lebih teratur.

Bunda, Ini Caranya Agar Bayi Tidur Lebih Teratur - Alodokter

Berbagai Cara yang Dapat Dilakukan

Jangan sampai pola tidur bayi yang tidak teratur membuat Bunda dan Ayah kurang tidur atau tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Di bawah ini ada beberapa tips yang dapat dicoba:

  • Biarkan bayi tidur tanpa bantuan

Bunda dapat mencoba membiarkan anak tidur sendiri, sejak usia 6 bulan. Caranya adalah dengan meletakkan bayi berbaring telentang saat sudah mengantuk. Jika terbiasa, lama-lama ia bisa tidur tanpa perlu bantuan.

  • Kendalikan tangisan bayi

Jika Si Kecil menangis tidak mau tidur, Bunda dapat mencoba metode ini. Letakkan dan tinggalkan ia selama setidaknya 2 menit. Secara bertahap, tambah waktu Bunda meninggalkannya menjadi 3, 4, 5 menit, hingga maksimal 10 menit. Tapi, hindari meninggalkannya terlalu lama, ya, Bun, kecuali jika ia sudah tertidur. Walaupun cara ini telah diuji dengan riset, tapi tidak apa-apa jika ternyata Bunda rasa tidak tepat untuk Si Kecil.

  • Atur kondisi rileks menjelang tidur

Bunda dapat membuat kondisi rileks untuk Si Kecil menjelang tidur, antara lain dengan mematikan TV atau meredupkan lampu sekitar satu jam sebelum waktu tidur.

  • Susui atau beri makan pada malam hari

Jika Si Kecil susah tidur, coba untuk menyusui pada malam hari atau memberi makanan, antara pukul 10 malam hingga tengah malam. Meski begitu, tetap jaga agar sinar lampu kamar tetap redup sehingga ia perlahan tidur kembali.

  • Hindari kontak mata

Melihat wajah Si Kecil, begitu juga sebaliknya, ia menatap mata Bunda, justru membuat anak semakin terstimulasi dan susah tidur. Jadi coba untuk tidak menatap Si Kecil saat Bunda meletakkannya untuk bersiap tidur, ya.

  • Tempatkan benda kesayangan

Pada usia 6 bulan ke atas, bayi mulai menyadari dan cemas saat orang tuanya tidak ada bersamanya. Nah, Bunda dapat membantunya tetap nyaman dengan menempatkan benda kesayangannya seperti selimut, boneka, atau mainan kesayangannya di tempat tidur. Tapi, pastikan benda-benda ini aman dan tidak mengganggu tidur Si Kecil ya, Bun.

  • Kenakan pakaian tidur yang nyaman

Pakaian yang terbuat dari serat sintetis kadang membuat kulit bayi sensitif. Lebih baik Bunda memilih pakaian yang terbuat dari serat alami, seperti katun, agar bayi lebih nyaman tidur.

  • Bacakan cerita menjelang tidur

Kebiasaan membacakan cerita atau mendengarkan suara Bunda menjelang tidur, dapat membuat bayi lebih tenang sehingga ia bisa cepat tidur.

Tidak perlu melakukan seluruh cara-cara di atas sekaligus, cobalah metode di atas setidaknya selama seminggu dan lihat apakah efektif. Jika tidak ada perubahan berarti, Bunda dapat mencoba melakukan pendekatan lain yang lebih sesuai. Hal lain yang perlu disadari bahwa kondisi tiap anak berbeda, sehingga perlu penanganan berbeda juga agar bisa tidur teratur.

Semoga cara-cara di atas dapat membantu Si Kecil tidur lebih teratur, sehingga mendukung tumbuh kembangnya yang optimal. Jika pola tidur bayi yang tidak teratur sampai membuatnya kekurangan waktu tidur, disarankan untuk konsultasi ke dokter.

 

sumber : https://www.alodokter.com/

Bisa Terinfeksi COVID-19, Begini Gejala yang Bakal Muncul pada Anak-Anak

Bisa Terinfeksi COVID-19, Begini Gejala yang Bakal Muncul pada Anak-Anak

Bisa Terinfeksi COVID-19, Begini Gejala yang Bakal Muncul pada Anak-Anak

Walau tidak menunjukkan gejala yang parah seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa terinfeksi virus corona atau COVID-19. Gejala yang muncul pada anak ini tak berbeda jauh dari orang dewasa walau tidak mencapai tahap berbahaya.

Dokter Darmawan Budi Setyanto, spesialis anak dari Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan, gejala sistemik COVID-19 pada anak bisa berupa demam, rasa tidak enak badan seperti ngilu di tulang.

"Ini yang kita lihat pada anak kecil, anaknya menjadi rewel," kata Darmawan.

"Kemudian nafsu makan menurun. Ini adalah gejala infeksi secara umum. Demam dan kawan-kawannya," Darmawan menambahkan.

Selain itu, gejala bisa muncul pada saluran napasnya. Darmawan mengungkapkan beberapa kondisi yang mungkin terjadi seperti batuk, pilek, atau suara napas yang berbunyi grok grok.

"Itu ketika proses penyakitnya hanya mengenai salurannya. Tetapi ketika sudah kena paru-parunya yang pneumonia, maka disertai gejala sesak," kata Darmawan menjelaskan.

1 dari 1 halaman

Banyak yang Tidak Diawali dengan Demam

Walaupun begitu, dia mengingatkan bahwa COVID-19 adalah penyakit yang baru. Sehingga, masih butuh diketahui benar-benar gejala spesifiknya pada anak.

"Ada laporan di luar negeri yang sudah terjadi kasus terlebih dahulu, itu pada anak-anak cukup banyak yang tidak diawali dengan demam. Jadi hanya gejala saluran napas, batuk pilek, kemudian ternyata diperiksa terkonfirmasi COVID-19," kata Darmawan.

Dia menjelaskan, belum diketahui apakah anak yang terkena COVID-19 di usia muda akan mengalami kondisi tertentu seperti penurunan fungsi paru atau tidak di masa depan.

"Kita belum bisa menjawab, seperti pertanyaan awal tadi apakah akan menimbulkan gejala sisa atau tidak pada yang kena pneumonia, kita belum bisa menjawab persisnya seperti apa karena belum banyak kasus pada anak yang dilaporkan," tandasnya.

 

 

sumber  : https://www.merdeka.com/

Waspadai Infeksi Virus Corona pada Anak

Waspadai Infeksi Virus Corona pada Anak

Waspadai Infeksi Virus Corona pada Anak

 

Meski kasus infeksi virus Corona pada anak relatif jarang terjadi, orang tua tetap harus mewaspadainya. Penting bagi orang tua untuk mengenali langkah pencegahan dan apa saja gejala yang bisa menandakan anak terinfeksi virus Corona.

Infeksi virus Corona, atau yang dikenal juga dengan sebutan COVID-19, merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan. Penderita COVID-19 sejauh ini kebanyakan adalah orang dewasa. Namun, kasus pada anak-anak juga telah dilaporkan, termasuk pada balita.

Waspadai Infeksi Virus Corona pada Anak - Alodokter

Kenali Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak

Hingga saat ini masih belum ditemukan gejala spesifik yang bisa menjadi penanda infeksi virus Corona pada anak. Pasalnya, gejala COVID-19 pada anak cenderung ringan seperti pilek biasa, atau bahkan bisa tanpa gejala. Gejala infeksi virus Corona yang bisa muncul pada anak meliputi:

  • Demam
  • Pilek
  • Batuk-batuk
  • Sesak napas

Selain itu, gejala gangguan pencernaan, seperti muntah dan diare, juga bisa terjadi meskipun sangat jarang. Walaupun umumnya ringan, gejala pada anak-anak juga bisa berkembang menjadi syok sepsis dan acute respiratory distress syndrome atau gagal napas akut yang sangat berbahaya.

Bila Anda mencurigai Si Kecil memiliki gejala atau baru saja mengajak buah hati bepergian ke negara yang terjangkit virus Corona, seperti Tiongkok, Korea Selatan, atau Italia, Anda bisa mencoba mendeteksi apakah Si Kecil berisiko terinfeksi virus Corona dengan klik gambar di bawah ini.

 

Cara Mencegah Infeksi Virus Corona pada Anak

Virus Corona (SARS-CoV-2) telah menyerang puluhan ribu orang di berbagai negara dan memakan ribuan korban jiwa. Saat ini pun telah terkonfirmasi ada 2 warga negara Indonesia yang positif terjangkit COVID-19.

Berikut ini adalah cara pencegahan infeksi virus Corona atau COVID-19 yang bisa diterapkan orang tua pada anak:

1. Ajari anak mencuci tangan dengan benar

Ajarkan Si Kecil untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, setidaknya selama 20 detik. Pastikan ia membasuh seluruh bagian tangan, termasuk punggung tangan, sela-sela jari, dan ujung kuku.

Biasakan anak untuk mencuci tangannya secara teratur, terutama sebelum dan setelah makan, setelah menyentuh hewan, serta setelah batuk atau bersin.

Anda juga bisa menyediakan hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60% di dalam tas sekolahnya untuk digunakan bila tidak ada air dan sabun saat perlu mencuci tangan.

2. Biasakan anak menggunakan masker

Penggunaan masker juga dapat mencegah penularan virus Corona pada anak, meskipun tidak seefektif penggunaan masker pada orang yang sakit untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.

Pilihlah masker yang ukurannya pas untuk anak-anak dan anjurkan Si Kecil memakai masker bila berada di dekat orang yang sedang sakit. Jangan lupa untuk mengajarinya cara memakai masker yang benar dan ingatkan untuk selalu mencuci tangan sebelum dan setelah menyentuh masker.

3. Berikan anak makanan bergizi

Asupan gizi yang kaya akan sayuran dan buah-buahan tinggi beta karoten, seperti wortel dan jeruk, diketahui dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh anak untuk melawan infeksi, termasuk infeksi virus Corona.

Guna membangun daya tahan tubuh yang kuat untuk mencegah infeksi virus Corona pada anak, jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Selain itu, pastikan makanan yang diberikan kepada Si Kecil telah dimasak hingga matang.

4. Ajak anak untuk rutin berolahraga

Tidak hanya menjaga kebugaran, berolahraga dapat memperkuat daya tahan tubuh untuk melawan infeksi. Oleh karena itu, ajaklah Si Kecil untuk rutin berolahraga, minimal 30 menit sehari.

Pilih olahraga yang disukai Si Kecil. Olahraga apa pun dan di mana pun, asalkan dilakukan dengan rutin dan membuat tubuh Si Kecil aktif bergerak, dapat menjadi cara yang efektif untuk menjaga kesehatannya dan melindunginya dari infeksi virus Corona.

Selain dengan menerapkan cara-cara di atas, ingatkan juga Si Kecil untuk menutup mulut dengan tisu saat bersin atau batuk, serta tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan.

Pencegahan infeksi virus Corona pada anak sebenarnya sama dengan cara pencegahan pada orang dewasa. Namun, perlindungan penyakit pada anak juga perlu ditambah dengan melengkapi imunisasinya. Walaupun belum ada vaksinasi khusus untuk virus Corona, pastikan Si Kecil mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap dan sesuai jadwal.

Jika Si Kecil menunjukkan gejala flu dan mengalami demam, sebaiknya biarkan ia beristirahat di rumah dan jangan membawanya ke sekolah. Segera bawa Si Kecil ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat.

Jika masih ragu apakah gejala yang dialami Si Kecil mengarah pada infeksi virus Corona, Anda bisa chat dokter langsung di aplikasi Alodokter. Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ini.

 

sumber : https://www.alodokter.com/

Menjaga Kesehatan Anak di Sekolah

Menjaga Kesehatan Anak di Sekolah

coverage

Kesehatan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perkembangan anak. Pada anak usia sekolah, waktu akan mereka menghabiskan waktu belajar di sekolah enam sampai dengan tujuh jam tiap hari nya. Penyebaran kuman di sekolah tergolong sangat mudah karena siswa berinteraksi dalam jarak dekat dan menggunakan peralatan sekolah secara bergantian. Hal ini membuat lingkungan sekolah perlu turut serta dalam menjaga kesehatan siswanya.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dan sekolah untuk membantu menjaga kesehatan anak di sekolah, yaitu:

Membiasakan anak-anak untuk mencuci tangan

Sering mencuci tangan dengan benar dapat mencegah anak terinfeksi kuman. Cuci tangan penting dilakukan secara rutin seperti setelah menggunakan toilet, sebelum makan, dan setelah melakukan aktivitas.

Menjaga kebersihan barang-barang kelas

Barang-barang di kelas merupakan benda yang digunakan bergantian sehingga memiliki resiko cukup tinggi sebagai media penyebaran kuman. Menjaga kebersihan dapat dilakukan dengan membersihkan kelas secara rutin menggunakan disinfektan.

Meminta anak-anak yang sakit untuk beristirahat di rumah

Anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan seperti flu atau diare, lebih baik beristirahat di rumah. Guru pun harus memperhatikan perubahan yang terjadi pada siswa, sehingga jika siswa terlihat tidak sehat, dapat langsung dibawa ke Unit Kesehatan Sekolah.

Mengajari anak bagaimana cara batuk dan bersin yang higienis

Infeksi saluran pernafasan dapat menyebar melalui udara dari batuk dan bersin. Guru dapat mendemonstrasikan bagaimana cara batuk dan bersin menggunakan tissue, segera membuangnya ke tempat sampah, serta mencuci tangan.

Mengawasi makanan yang ada di sekolah

Makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah sebaiknya memang diawasi kebersihan dan gizinya sehingga anak-anak dapat jajan di kantin dengan rasa aman.

 

sumber :https://www.sekolahmenyenangkan.org/

Jangan Biarkan Anak Membawa Tas Terlalu Berat Setiap Hari

Jangan Biarkan Anak Membawa Tas Terlalu Berat Setiap Hari
Jangan Biarkan Anak Membawa Tas Terlalu Berat Setiap Hari

Halodoc, Jakarta - Setiap pergi ke sekolah anak tentu harus membawa tas yang berisi berbagai macam keperluan sekolah. Mulai dari buku-buku, baju olahraga, bekal, hingga peralatan sekolah lainnya semua masuk jadi satu di dalam tas anak. Pernahkah ayah dan ibu mencoba membawa tas Si Kecil saat mengantar sekolah? Tentu terbayang beratnya jika harus digendong pada punggung anak.

Perlu orangtua ketahui bahwa anak yang mengenakan ransel sekolah yang terlalu berat dapat menyebabkan ketegangan berlebih pada leher, punggung, dan bahu anak. Orangtua pun tentu pernah merasa begitu. Sementara anak yang masih dalam pertumbuhan, seiring waktu ototnya dapat mengalami kelelahan hingga akhirnya postur tubuh menjadi tidak baik. Tas berat yang dibawa anak lama-kelamaan akan menyebabkan ketidakseimbangan otot dalam jangka panjang dan menyebabkan peningkatan risiko cedera. 

Baca juga: Postur Tubuh Bungkuk, Waspada Gejala Kifosis

Berdampak pada Masalah Postur Tubuh Anak

Coba perhatikan, anak-anak yang mengenakan ransel berat cenderung tubuhnya condong ke depan (bungkuk) untuk menopang berat badan dan beratnya tas. Hal ini selanjutnya dapat berdampak pada postur tubuh anak. Apalagi jika anak masih usia SD awal, ransel yang berat dapat meningkatkan risiko jatuh. 

Postur tubuh adalah masalah yang cukup besar dialami banyak orang. Dengan meningkatnya beban kerja atau tugas anak-anak sekolah, bobot bawaan yang harus dibawa ke sekolah pun meningkat, apalagi jika mata pelajaran dalam sehari juga banyak. Membawa tas sekolah yang berat dan terlalu besar, penuh buku-buku berat dapat menyebabkan anak-anak mengalami kelainan bentuk tulang belakang yang serius. 

Anak-anak yang membawa tas sekolah berat, secara otomatis mengembangkan postur kepala ke depan saat tas membentur pinggul untuk mengimbangi berat di punggung. Gerakan ini dapat menegangkan otot-otot dan pada gilirannya mendorong tubuh untuk menyelaraskan postur yang tidak alami dan menyebabkan nyeri punggung bawah. 

Baca juga: 5 Tips Menjaga Berat Badan Ideal Anak

Mungkin anak tidak menunjukkan gejala atau mengalami rasa sakit secara langsung, tapi dalam jangka panjang mereka mengembangkan ketidakseimbangan dalam tubuh yang dapat memengaruhi kesehatan sistem saraf. Ini tidak hanya berdampak pada anak di masa sekarang, tapi juga memiliki efek jangka panjang pada tubuh mereka dan membuat tulang belakang menjadi rentan terhadap cedera. 

Berat Tas yang Boleh Dibawa Anak

Untuk memperbaiki risiko postur tubuh akibat membawa tas berat ke sekolah, sebaiknya anak tidak diperbolehkan membawa tas melebihi 10 persen dari berat badan anak. Misalnya, jika anak memiliki berat badan 40 kilogram, maka ia sebaiknya membawa tas yang beratnya tidak lebih dari 4 kilogram.

Orangtua juga perlu memeriksakan postur tubuh anak ke ahli fisioterapi secara teratur. Untuk mengetahui ketersediaan dokter ahli fisioterapi di rumah sakit terdekat, orangtua dapat mengeceknya melalui aplikasi Halodoc. Orangtua juga bisa membuat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan melalui aplikasi Halodoc.

Terlepas dari potensi masalah postur tubuh, orangtua perlu mengarahkan anak dengan penggunaan tas dengan benar. Berikut ini beberapa hal yang perlu diarahkan pada anak dalam pengawasan orangtua:

  • Belikan tas yang ringan. Sebisa mungkin bobot tas dalam keadaan kosong memang tidak berat. Pilihlah tas dengan bahan yang ringan, misalnya tas berbahan kanvas. 

  • Pastikan bahan tas pada bagian punggung empuk. Ini untuk meningkatkan kenyamanan pada punggung anak.

  • Pilih tas dengan dua tali bahu yang lebar dan empuk. Tali yang terlalu sempit dapat menyesakkan di bahu dan dada anak. 

  • Gunakan tas dengan bijak. Tidak peduli seberapa canggih ransel yang dirancang, pastikan bobot tas dan bawaanya lebih ringan. Sebaiknya bawaan yang tidak terlalu perlu tidak usah dibawa untuk meringankan beban. Jika sekolah menyediakan loker, sebaiknya tinggalkan beberapa perlengkapan di sekolah. 

 

 

sumber : https://www.halodoc.com/

4 Tips Menjaga Kesehatan Anak Usia 1-2 Tahun

4 Tips Menjaga Kesehatan Anak Usia 1-2 Tahun

4 Tips Menjaga Kesehatan Anak Usia 1-2 Tahun

Usia 1-2 tahun adalah masa keemasan anak, karena ini adalah momen 1000 hari kehidupan pertamanya. Di usia ini, segala hal yang didapat (terutama nutrisi) memengaruhi tumbuh kembangnya di kemudian hari, bahkan hingga dewasa. Itu mengapa kebanyakan orangtua melakukan yang terbaik demi tumbuh kembang dan kesehatannya yang optimal.

Mengingat ketertarikannya pada objek meningkat, tidak jarang, anak-anak merangkak dan bermain sambil memasukkan benda apa pun ke mulutnya. Itulah sebabnya, ibu perlu bekerja ekstra untuk menjaga kesehatan Si Kecil. Bukan sekadar menjaganya 24 jam, melainkan dengan membantunya menerapkan gaya hidup sehat sejak dini.

Baca juga: 5 Dampak Negatif Jika Bayi Tidak Imunisasi

Tips Menjaga Kesehatan Anak Usia 1-2 Tahun

Berikut ini tips menjaga kesehatan anak usia 1-2 tahun yang bisa ibu terapkan:

1. Berikan ASI Eksklusif

Menyusui adalah cara luar biasa bagi ibu dan Si Kecil untuk mempererat ikatan sembari memberi nutrisi paling alami. Namun, menyusui secara langsung mungkin tidak bisa dilakukan oleh semua ibu. Sebab, menyusui membutuhkan banyak waktu dan pengabdian untuk memberikan nutrsi yang menyehatkan. dan menyusui sepanjang waktu. Melansir dari WebMD, ASI mengandung antibodi yang membantu Si Kecil untuk melawan virus dan bakteri. Hal ini tentunya sangat penting bagi membantu pembentukan kekebalan tubuh Si Kecil yang masih berkembang.

2. Lakukan Imunisasi

Imunisasi adalah program pemberian vaksin ke dalam tubuh anak untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit. Pada usia 1-2 tahun, Si Kecil wajib melakukan imunisasi polio, DPT ulangan, MMR (measles, mumps, dan rubella), tifoid, hepatitis A, influenza, varisela, dan pneumokokus. Untuk info lebih lanjut tentang imunisasi, ibu bisa berbicara langsung dengan dokter anak Halodoc.

Selain memberikannya imunisasi, ibu juga perlu memberikan Si Kecil vitamin untuk menunjang kesehatannya. Ibu bisa membeli obat atau vitamin yang dibutuhkan Si Kecil melalui aplikasi Halodoc. Cukup masuk ke fitur Buy Medicinelalu pesan obat atau vitamin yang dibutuhkan. Setelah itu, ibu hanya tinggal menunggu kurang dari 1 jam sampai pesanan datang.

3. Jaga Asupan Makanan Si Kecil

Apa yang dimakan Si Kecil memengaruhi kesehatannya, sehingga ibu perlu memerhatikan dan menjaga asupan makanan Si Kecil. Sebenarnya di usia ini, Si Kecil sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga, asalkan tekstur makanannya masih lunak. Sebab, ia baru bisa mengonsumsi makanan keluarga saat usianya lebih dari dua tahun. Melansir dari CDC, ibu perlu memberikan banyak sayuran, buah-buahan, dan produk gandum untuk menjaga kesehatan Si Kecil. Hindari memberikannya gula dan makanan yang mengandung lemak jenuh terlalu banyak.

Baca juga: 5 Trik Bentuk Pola Makan Sehat Si Kecil

4. Perhatikan Waktu Tidur Si Kecil

Tidur bukan sekadar menghilangkan rasa kantuk, tapi juga baik untuk tumbuh kembangnya. Tidur yang cukup bisa meningkatkan daya tahan tubuh, mendukung tumbuh kembangnya, serta memengaruhi tingkat kognitifnya.

Si Kecil yang berusia 1-2 tahun membutuhkan waktu tidur sebanyak 12-14 jam dalam sehari. Ini termasuk jumlah jam tidur siangnya, yakni sebanyak 1-3 jam dalam sehari. Jadi, pastikan agar Si Kecil mendapat kualitas dan kuantitas tidur yang baik guna tumbuh kembangnya yang optimal.

Baca Juga: 3 Olahraga yang Baik untuk Kesehatan Si Kecil

Kebanyakan anak di usia ini akan mengeksplor apapun yang ada di sekitarnya. Jadi, jangan heran jika banyak anak yang gemar bermain tanah, air, dan objek lainnya. Itu adalah hal yang wajar, namun, jangan biarkan aktivitas ini membuatnya jatuh sakit karena infeksi bakteri, virus, atau jamur.

Cara sederhana yang bisa dilakukan adalah mengajari Si Kecil tentang praktek cuci tangan dan kaki pakai sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan dan sebelum tidur.

Itulah tips yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan anak yang berusia 1 sampai 2 tahun. Tetap jaga kondisi tubuh anak agar terhindar dari gangguan kesehatan apa pun.

 

sumber : https://www.halodoc.com/

Lindungi Bayi Anda dari Virus Corona

Lindungi Bayi Anda dari Virus Corona

Lindungi Bayi Anda dari Virus Corona

Virus Corona sejauh ini memang terlihat lebih banyak menyerang orang dewasa. Namun, sebenarnya beberapa kasus infeksi virus Corona pada bayi juga sudah ditemukan. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan perlu dilakukan untuk mengurangi risiko penularan virus Corona pada bayi.

Virus Corona yang menyebabkan penyakit COVID-19 kini sudah ditemukan di Indonesia. Virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok ini diduga ditularkan oleh hewan, namun juga dapat menular antarmanusia melalui percikan air liur atau dahak yang dikeluarkan saat penderita COVID-19 batu atau bersin.

Lindungi Bayi Anda dari Virus Corona - Alodokter

Virus Corona lebih mudah menyerang dan menyebabkan komplikasi yang fatal pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, seperti lansia atau orang yang kekurangan gizi. Meski begitu, risiko infeksi virus Corona pada orang dewasa, ibu hamil, dan anak-anak juga tidak bisa diremehkan, apalagi jika infeksi virus Corona terjadi pada bayi.

Mengenali Gejala Virus Corona pada Bayi

Gejala infeksi virus Corona bisa berbeda-beda pada setiap orang. Sebagian penderita COVID-19 menunjukkan gejala yang ringan atau mirip gejala flu, tapi ada juga penderita yang mengalami gejala berat akibat pneumonia. Gejala ini dapat muncul dalam waktu 2–14 hari setelah terpapar virus Corona.

Gejala infeksi virus Corona pada bayi sedikit berbeda dengan gejala yang muncul pada orang dewasa. Pada bayi, infeksi virus Corona dapat menyebabkan:

  • Demam
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Kurang mau menyusu atau minum
  • Lemas dan kurang aktif
  • Diare

Bila Bunda dan Ayah mencurigai adanya gejala pada buah hati, cobalah deteksi apakah Si Kecil berisiko terinfeksi virus Corona dengan klik gambar berikut ini.

Cara Mencegah Virus Corona pada Bayi

Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau vaksin yang dapat mengobati atau mencegah infeksi virus Corona. Namun, ada berbagai langkah yang bisa Bunda dan Ayah lakukan untuk melindungi Si Kecil dari virus Corona, yaitu:

  • Rutin berikan Si Kecil ASI, karena ASI mengandung banyak nutrisi dan antibodi yang dapat melindungi bayi dari beragam penyakit dan infeksi.
  • Jauhkan Si Kecil dari orang yang sedang sakit, terutama yang sedang terinfeksi virus Corona.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer selama 20 detik sebelum menyentuh, menggendong, menyusui, atau memberi makan Si Kecil.
  • Tutup mulut dan hidung dengan tisu ketika batuk atau bersin, lalu segera buang tisu dan cuci tangan.
  • Gunakan masker apabila sedang batuk atau pilek.

Bunda atau Ayah perlu segera membawa Si Kecil ke dokter jika ia terlihat mengalami gejala infeksi virus Corona, terutama jika ada riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi virus Corona atau bepergian ke daerah yang mengalami wabah COVID-19 dalam waktu 2 minggu terakhir.

Jika ragu apakah gejala yang dialami Si Kecil mengarah pada infeksi virus Corona atau tidak, Bunda dan Ayah bisa chat dokter langsung di aplikasi Alodokter, sekaligus membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ini.

 

sumber : alodokter.com

Integrasi Kesehatan Mental dan Regulasi Baru untuk Pertumbuhan Bayi

Integrasi Kesehatan Mental dan Regulasi Baru untuk Pertumbuhan Bayi

Integrasi Kesehatan Mental dan Regulasi Baru untuk Pertumbuhan Bayi

Banyak bayi yang lahir prematur atau dengan komplikasi lain, terpaksa melewatkan minggu atau bulan pertama mereka di unit perawatan intensif neonatal. NICU dirancang untuk memberikan perawatan medis kritis kepada bayi yang membutuhkan, tetapi juga dapat menimbulkan trauma bagi bayi dan keluarga mereka.

Dalam Program Kesehatan Mental Anak Usia Dini di Children's Hospital Los Angeles, psikolog klinis Marian Williams, PhD, Patricia Lakatos, PhD, dan tim spesialis kesehatan mental bayi-keluarga bekerja menuju kesadaran kesehatan mental yang lebih besar di NICU.

Bayi mungkin bukan kelompok usia pertama yang dibahas dalam diskusi tentang kesehatan mental. Namun, untuk bayi dalam kondisi medis kritis, Dr. Lakatos mengatakan "perspektif informasi kesehatan mental bayi" dapat mengurangi stres dan meningkatkan ikatan dengan orang tua. Ini berarti tidak hanya berfokus pada kebutuhan fisik anak tetapi juga kebutuhan emosional dan mental.

dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam Jurnal Psikologi Klinis dalam Pengaturan Medis, Dr. Lakatos, Dr. Williams, dan rekan penulis Tamara Matic, MD, dan Melissa Carson, MD, mengadvokasi komponen ketiga keluarga NICU - hubungan antara bayi dan orang tua.

"Banyak pekerjaan kesehatan mental di NICU saat ini fokus pada kesehatan mental orang tua atau perkembangan bayi," kata Dr. Williams, yang juga Direktur Inisiatif Kesehatan Mental Bayi-Keluarga Stein Tikun Olam di CHLA. "Kami juga ingin fokus pada hubungan antara bayi dan orang tua mereka."

Banyak orang tua dari anak-anak di unit perawatan intensif mengalami gejala stres pasca-trauma, yang dapat mengancam ikatan dengan bayi yang baru lahir. Untuk mendukung hubungan yang berkembang antara orang tua dan bayi baru mereka, tim kesehatan mental bayi CHLA beralih ke model intervensi yang telah menunjukkan keberhasilan dalam keluarga yang telah mengalami trauma. Child-Parent Psychotherapy--atau CPP--membahas hubungan orangtua-anak secara langsung, mengasuh dan mengadvokasi hubungan itu dengan dirinya sendiri.

Dengan dana dari Inisiatif Kesehatan Bayi-Keluarga Stein Tikun Olam, Drs. Williams dan Lakatos, dan tim mampu mengadaptasi CPP dengan pengaturan NICU di Children's Hospital Los Angeles.

Publikasi mereka menggambarkan bagaimana model CPP yang mapan dan berbasis bukti dapat digunakan untuk memelihara perkembangan hubungan bayi-orang tua di NICU. Meskipun telah diterapkan di pengaturan lain, CPP tidak umum diintegrasikan ke dalam perawatan pasien NICU.

CPP adalah model yang fleksibel yang memiliki berbagai tingkat intervensi, tergantung pada kebutuhan keluarga masing-masing. Sesi dengan penyedia CPP yang terlatih dapat bervariasi dalam jumlah atau durasi, dengan tujuan mengembalikan lintasan perkembangan untuk orang tua dan anak. Penyedia CPP mengadvokasi kebutuhan kesehatan mental orang tua dan bayi, bekerja bersama rekan kerja medis dan sosial mereka. "Ketika bayi berada di rumah sakit, kita perlu memikirkan mereka, orang tua mereka, dan hubungan mereka," kata Dr. Lakatos.

Secara tepat, staf medis NICU fokus pada kebutuhan fisik akut anak. Williams melihat psikolog klinis dalam peran pelengkap yang diperlukan. "Bayi-bayi ini akhirnya akan pulang," katanya.

"Mereka melewatkan waktu ikatan mereka, tetapi ada potensi besar untuk ketahanan. Menjadi sadar akan stres yang dihadapi keluarga ini membantu mereka merasa dipahami dan dapat mengarahkan mereka pada lintasan positif."

Regulasi Baru untuk Pertumbuhan Bayi

Para peneliti telah mengidentifikasi sinyal genetik baru untuk pengaturan pertumbuhan bayi. Ini mungkin merupakan langkah penting dalam memerangi penyakit terkait pertumbuhan.

"Pemahaman yang lebih baik tentang biologi pertumbuhan bayi penting karena penyakit terkait pertumbuhan seperti obesitas dan kekurangan gizi adalah tantangan sosial global," kata Profesor Pål Rasmus Njølstad, Departemen Ilmu Klinis, Universitas Bergen (UiB) yang memimpin penelitian ini.

Telah diasumsikan bahwa ada kurang lebih gen yang sama yang mengendalikan perkembangan BMI pada anak-anak dan orang dewasa.

"Kami sekarang telah menemukan bahwa sinyal genetik seperti itu benar-benar ada, tetapi yang paling penting bagaimanapun berbeda antara anak-anak dan orang dewasa dan bahwa mereka sangat bervariasi selama masa kanak-kanak," kata Njølstad.

Studi ini menunjukkan peran varian genetik umum yang sebelumnya tidak diketahui dan dinamis dalam gen yang terlibat dalam jalur pensinyalan leptin yang memengaruhi BMI selama pertumbuhan janin, bayi baru lahir, dan bayi, kata profesor Stefan Johansson yang turut memimpin penelitian ini.

Leptin adalah hormon yang sebagian besar dibuat oleh jaringan adiposa yang mengatur keseimbangan energi dengan mengurangi nafsu makan, yang pada gilirannya mengurangi penyimpanan lemak dalam adiposit.

"Studi ini menunjukkan bahwa peningkatan kadar pasangan pengikat leptin, reseptor leptin, pada bayi memiliki efek positif pada penambahan berat badan tanpa dikaitkan dengan kelebihan berat badan pada orang dewasa. Temuan ini memberikan target potensial untuk intervensi obat untuk meningkatkan berat badan pada bayi yang membutuhkannya," kata Pål Rasmus Njølstad

 

 

sumber : gakken-idn.id

Keterlambatan Bicara

Keterlambatan Bicara
Keterlambatan Bicara

Kerap kali kita menjumpai keluhan dari orang tua seperti “anak saya kok belum bisa bicara?” keluhan seperti ini dapat dilakukan tindak lanjut dengan anamnesis, observasi dan pemeriksaan lainnya untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat. Diduga keterlambatan bicara ini dapat mengenai 7-10% anak, lebih sering dijumpai pada anak laki-laki. Anak dengan keterlambatan bicara 42% diantaranya akan mengalami gangguan membaca dan kognitif dikemudian hari.

Deteksi dini keterlambatan bicara dan gangguan bahasa, serta menentukan diagnosis dan intervensi harus cepat dilakukan saat otak masih berkembang, karena apabila intervensi dilakukan setelah usia lebih dari 5 tahun, tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Seharusnya, pada usia setelah 2 tahun, seorang anak sudah dapat bicara dengan baik. Bila terdapat gangguan perkembangan otak kiri diusia kurang dari 2 tahun maka akan terjadi gangguan keterlambatan bicara.

Perkembangan bicara normal melalui beberapa tahapan yaitu munculnya cooing (bayi dapat mengeluarkan suara seperti aah uuh), bebbling ekolalia (sudah bisa mengoceh seperti papapapa, dadadada, mamamama, babababa), jargon (kata-kata yang sering diucapkan/ kata pertama). Penambahan pembendaharaan kata sedikit lambat pada usia 1-2 setelah usia 2 tahun, pembendaharaan kata cepat bertambah dengan mengetahui pola perkembangan bicara reseptif (bicara seseorang) dan rekspretif (mengucapkan kata-kata) keterlambatan bicara dapat dideteksi lebih cepat.

Dengan mengajukan dua pertanyaan “sudah bisa apa ananda saat ini?” atau “ananda sudah dapat bicara apa saat ini?” diharapkan dapat menyaring adanya gangguan perkembangan motorik atau bicara pada anak. Deteksi secara klinis di tujukan untuk mencari faktor predisposisi, gejala penyakit atau gangguan lain yang bisa disertai keterlambatan bicara dan bahasa. Hal ini membutuhkan kerjasama dokter dari berbagai bidang ilmu, psikolog, terapis, dan diperlukan juga evaluasi faktor orang tua dan lingkungan anak.

Berikut tanda adanya masalah dalam perkembangan bicara

Tanda awal keterlambatan bicara dan bahasa yang dikenal dengan red flags dapat diketahui dengan ciri-ciri berikut ini : pada saat lahir, anak tidak respon terhadap suara, tidak minat untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada usia 4 bulan, anak tidak mau berkomunikasi, usia 6 bulan anak tidak melirik, tidak menoleh terhadap sumber suara yang datang dari belakang atau samping, tidak respon terhadap panggilan namanya, kehilangan kemampuan mengeluarkan suara. Pada usia 12 bulan, tidak ada jargon atau kata-kata rutin, tidak mengatakan “ma ma, pa pa” kehilangan kemampuan bicara yang sudah pernah ada. Usia 15-18 bulan, tidak ada kata-kata, tidak mengerti bila diajak bicara, tidak bisa mengucapkan 10 kata. Pada usia 21 bulan anak tidak respon terhadap perintah seperti duduk, berdiri, kemari. Di usia 24 bulan, pembendaharaan kata kurang dari 50 kata, tidak ada kalimat terdiri dari 2 kata, bicaranya sulit dimengerti orang lain, tidak dapat menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh seperti mulut, mata, hidung, dan kuping.

Terapi anak dengan keterlambatan bicara melibatkan dokter, psikolog, terapis, dan orang tua. Tata laksana gangguan bahasa tergantung diagnosis dan penyebabnya. Pemakaian bahasa dirumah sebaiknya diseragamkan sehingga membantu anak menguasai satu bahasa terlebih dahulu. Pengalaman menunjukkan mengajarkan orang tua untuk bermain dan berinteraksi dengan anak sangat membantu pada kasus keterlambatan bahasa ekspresif.

Evaluasi dilakukan setiap 3-6 bulan untuk melihat hasil terapi yang telah diberikan, ditambah, dikurangi, atau dirubah program terapi, sesuai keadaan dan kebutuhan anak saat itu. Kesimpulannya, untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam menangani keterlambatan bicara dan gangguan bahasa, mesti diperhatikan sebagai berikut : deteksi keterlambatan bicara dan gangguan bahasa sedini mungkin, carilah etiologinya, jangan menunggu, terapi sesuai etiologi, dan evaluasi terapi setiap 2-3 bulan.

Narasumber : awalbros.com

Bagaimana Cara Agar Anak Cerdas?

Bagaimana Cara Agar Anak Cerdas?
Bagaimana Cara Agar Anak Cerdas?

Setiap orang tua ingin mempunyai anak yang cerdas dan sehat. Banyak orang tua yang mencari cara agar anak cerdas. Memberikan gizi yang optimal adalah salah satu caranya. Namun sebenarnya apa saja faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak?

Cara Agar Anak Cerdas Menurut Dokter RS Awal Bros: Gizi Yang Baik

Dokter spesialis gizi klinik Rumah Sakit Awal Bros Batam dr. Brain Gantoro, SpGK menuturkan ada banyak faktor yang mempengaruhi kecerdasan seorang anak, termasuk di antaranya gizi. “Bukan rahasia lagi, gizi yang baik adalah kunci kecerdasan bagi anak. Namun itu bukan satu-satunya,” ungkapnya.

Secara umum, lanjutnya, ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak secara umum yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor genetika, sedangkan faktor eksternal yang merupakan lingkungan meliputi nutrisi, stimulasi, aktivitas fisik, dan upaya penjagaan kesehatan. “Itulah mengapa ada anak yang mungkin gizinya kurang baik namun tetap cerdas,” kata dokter spesialis gizi klinik tersebut. Ia menjelaskan, meskipun dua faktor tersebut sama-sama berpengaruh, namun faktor internal yaitu faktor genetik memiliki kontribusi yang relatif kecil yaitu hanya sekitar 5 persen. Sedangkan faktor eksternal yang berperan besar yaitu sekitar 95 persen. “Jadi bukannya mustahil kalau orang tuanya kurang cerdas, namun anaknya bisa cerdas,” ungkapnya.

Cara Agar Anak Cerdas Menurut Dokter RS Awal Bros: Konsumsi ASI

Air susu ibu (ASI) adalah salah satu pilihan terbaik yang merupakan makanan utama saat bayi terlahir. Proses kecerdasan anak memang berlangsung semenjak masih di dalam kandungan ibunya, inilah sebabnnya penting mengonsumsi nutrisi yang cukup selama masa kehamilan.

Saat bayi lahir, makanan utama yang dikonsumsi tentunya adalah ASI. Menurut dokter Brain manfaat ASI ada beberapa, di antaranya adalah ASI memperkuat sisitem kekebalan tubuh. Komponen utama pembangun sistem kekebalan tubuh pada ASI adalah prebiotik.

Selanjutnya menurut dr. Brain bayi yang secara rutin mengkonsumsi hanya ASI secara tidak langsung akan menurunkan terjadinya risiko alergi. “Dugaan bahwa susu formula akan menimbulkan alergi sangat besar. Inilah sebabnya akan lebih baik jika bayi mengkonsumsi ASI secara eksklusif,” tambah dokter Brain.

Selanjutnya ASI juga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit pada saluran cerna seperti diare. ASI juga dapat meningkatkan kekebalan pada sistem pencernaan. Sedangkan gangguan lain yang mungkin dialami bayi yang tidak mengkonsumsi ASI adalah risiko gangguan pernapasan, sperti flu dan batuk.

Bayi yang diberikan ASI akan menjadi lebih kuat. Menyusui juga menurunkan terjadinya resiko obesitas saat bayi tumbuh besar kelak. “Bahkan menurut hasil penelitian, menyusui telah terbukti dapat menurunkan resiko kanker payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis pada ibu yang menyusui,” sebut dokter spesialis gizi Rumah Sakit Awal Bros Batam, dokter Brain.

Pusat Layanan Ibu dan Anak merupakan salah satu keunggulan Rumah Sakit Awal Bros. Lakukanlah pemeriksaan kehamilan demi kesehatan ibu dan janin. Rumah Sakit Awal Bros memiliki dokter kandungan dan dokter anak yang handal di bidangnya. Pusat Layanan Ibu dan Anak menyediakan imunisasi anak dan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan pendengaran BERA serta OAE dan medical check up dengan dokter spesialis anak. Temukan jadwal dokter anak kami di sini. Simak juga tips untuk menemukan dokter anak yang bagus dan tepat untuk buah hati Anda di sini untuk melakukan konsultasi dokter anak.

 

sumber :awalbros,com

Our Brands